Kajian Vicikiccha (Keragu-Raguan) Terhadap Tiratana

Latar belakang penelitian didasrkan pada realita belum adanya penelitian yang khusus mengkaji mengenai vicikiccha (keragu-raguan) terhadap Tiratana yang menjadi masalah yang mendasar yang di alami oleh umat Buddha. Keragu-raguan berarti sikap ragu, sikap bimbang atau sikap sangsi terhadap sesuatu yang harus diyakini kebenarannya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Kajian Vicikicchâ (Keragu-Raguan) Terhadap Tiratana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif diskriptif studi kepustakaan secara phenomenologi. Landasan pencarian data dilakukan dengan menelaah kepustakaan melalui membaca buku dari sumber primer dan sumber skunder yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pencatatan data dilakukan dalam lima tahap, yaitu persiapan, pengumpulan, pengorganisasian, dan penyajian data. Analisa data menggunakan analisa kualitatif diskriptif kajian pustaka secara fenomenologi. Kegiatan yang dilakukan adalah mereduksi data, penyajian data, dan verivikasi atau penarikan kesimpulan. Melenyapkan vicikicchâ (keragu-raguan) terhadap Tiratana, berarti telah memiliki saddha (keyakinan) yang teguh terhadap Tiratana. Seseorang yang telah memiliki saddha (keyakinan) terhadap Tiratana akan menyatakan diri berlindung
kepada Tiratana dengan mengucapkan syair Buddam saranam gacchami (aku berlindung kepada Buddha), Dhammam saranam gacchami (aku berlindung kepada Dhamma), Sangham saranam gacchami (aku berlindung kepada Sangha). Memiliki keyakinan terhadap Tiratana berarti menjalankan ajaran dari Buddha dan pada akhirnya akan memperoleh tingkat-tingkat kesucian dan pada akhirnya akan merealisasikan Nibbana. Saddha (keyakinan) terhadap Tiratana yang dimiliki oleh umat Buddha hendaknya berlandaskan pada tiga aspek yaitu: (1) aspek kemauan, (2) aspek pengertian dan (3) aspek perasaan. Umat Buddha hendaknya menerapkan sikap yonimanasikâra yaitu mempertimbangkan sesuatu dengan sewajarnya, atau mempertimbangkan sesuatu dengan sedetail-detailnya, sehingga mencapai keadaan yang sebenarnya. Saddha (keyakinan) yang dimiliki oleh umat Buddha hendaknya bukan hanya sebatas kepercayaan yang dikenal oleh orang banyak. Saddha (keyakinan) menekankan pada aspek melihat, mengetahui, dan memahami melalui pengalaman pribadi, secara garis besar keyakinan timbul setelah adanya ehipassiko (membuktikan sendiri kebenaran / kenyataannya).

Untuk dapat melenyapkan vicikicchâ (keragu-raguan) terhadap Tiratana hingga memiliki saddha (keyakinan) yang teguh terhadap Tiratana hanya dengan melaksanakan latihan vipassana seperti yang telah dianjurkan Buddha ketika memberikan kotbah kepada para bhikkhu, jalan khusus untuk membangun penyadaran total terhadap hakekat batin dan jasmani tercantum dalam Satipatthana Sutta, yang isinya Buddha menerangkan jalan menuju lenyapnya semua fenomena mental negatif. Latihan vipassana dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap empat landasan kesadaran yaitu: (1) pengamatan-jasmani pada jasmani, (2) pengamatan perasaan pada perasaan, (3) pengamatan-pikiran pada pikiran, (4) pengamatan-obyek-mental pada obyek mental